Menyuburkan Kesadaran Ekologis Kaum Muda
Dalam rekaman sejarah bangsa Indonesia, peran dan posisi kaum muda secara progresif menjadi pelaku gerakan sosial dan politik sejak masa kolonial dan paska kolonial. Tumbuhnya kesadaran sosial dan politik tersebut didasarkan situasi sosial dan politik saat itu yang perlu di respon dan sikapi bersama. Kemudian, situasi sosial dan politik waktu dulu melahirkan kesadaran sosial dan politik bersama untuk menyatakan sikap anti kolonial, keluar dari tikaman dan belenggu penjajahan.
Patut kita akui bersama dengan kuantitas yang relatif masih sedikit waktu itu, kaum muda menjadi faktor pokok penentu perubahan, menjadi pemimpin gerakan sosial dan politik yang membawa bangsa ini keluar dari jeratan kolonialisme. Rakyat dan bangsa ini, tak terkecuali kaum mudanya, patut belajar dari para tokoh pemimpin, penggerak, motivator, pendidik rakyat, seperti Tan Malaka, Sukarno, Muhammad Hatta, Sutan Syahrir, Otto Iskandar Dinata, Muhammad Toha dan tokoh muda inspiratif lainnya paska kemerdekaan. Terlepas dari perdebatan kekurangan dan kelebihan serta pandangan idiologinya, mereka telah memberikan kontribusi nyata dalam membangun tatanan kehidupan bangsa ini lebih bermartabat hingga sekarang.
Saat ini, situasinya sudah berbeda dan berubah. Alam sosial dan politik pun sudah berbeda. Kini, kita berada dalam situasi dimana kebijakan pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi terus berpacu dengan waktu. Berangkat dari fakta yang terjadi, kebijakan pembangunan telah menyisakan residu negatif dan membawa dampak pada situasi krisis ekologi yang mengancam keberlanjutan kehidupan manusia di bumi Jawa Barat.
Situasi krisis air di musim kemarau yang semakin meluas di hampir 26 kabupaten/kota di Jawa Barat, menurunnya kualitas air akibat pencemaran oleh aktivitas domestik dan perusahaan, pencemaran udara, lahan hutan yang semakin kritis, alih fungsi kawasan hutan akibat aktivitas penambangan, wanawisata, pertanian yang disokong pemodal, gagal panen/krisis pangan, banjir di musim penghujan adalah sebagian dari fonemena krisis ekologi sekaligus ancaman bencana ekologi bagi kehidupan keberlanjutan rakyat Jawa Barat ke depan.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Barat memandang, bahwa laju pengrusakan lingkungan hidup tidak sebanding dengan laju perbaikan yang dilakukan. Dengan kata lain, upaya perbaikan dan penyelamatan berjalan lebih lambat dibanding laju pengrusakan alam yang terjadi. Paradigma pembangunan pun belum menempatkan lingkungan hidup sebagai arus utama/mainstream dalam pembangunan negeri ini.
Kebijakan negara (pemerintah) adalah faktor yang sangat menentukan semakin kritisnya situasi ekologis Jawa Barat disamping faktor perilaku, tradisi dan kebiasaan masyarakat kini yang perlu diperkuat kesadaran ekologisnya. Kesadaran untuk menjadi bagian dari upaya penyelamatan lingkungan hidup. Tumbuhnya inisiatif-inisiatif lokal, komunitas, kelompok masyarakat yang berpartisipasi dalam pengelolaan lingkungan hidup harus terus diperluas sehingga bisa memperkuat gerakan penyelamatan lingkungan hidup itu sendiri.
Berangkat dari situasi krisis ekologi, belum terkelolanya partisipasi rakyat dan potensi kaum muda untuk memajukan kualitas lingkungan hidup. WALHI Jabar berpandangan bahwa, kita perlu menyuburkan kesadaran ekologis kaum muda sebagai sebuah agenda strategis. Mengerjakan agenda strategis ini diharapkan dapat memperluas dan memperkuat partisipasi rakyat dalam penyelamatan lingkungan hidup di Jawa Barat, memacu perbaikan, dan menurunkan kuantitas dan kualitas krisis ekologis yang tengah mendera.
Menurut data BPS tahun 2009, diperkirakan tahun 2011 jumlah pemuda (kaum muda ) kisaran usia 16-30 tahun di bumi Nusantara, Indonesia mencapai sekitar 62,93 juta orang atau sekitar 27,4% dari total penduduk Indonesia. Di bumi Jawa Barat jumlah pemuda mencapai 14,9 Juta atau sekitar 34,2% dari total penduduk Jawa Barat. Artinya, kuantitas sebesar itu merupakan potensi kreatif yang dapat dikelola menjadi energi positif yang dapat menyuburkan kesadaran ekologis dan menjadi kekuatan untuk melakukan kerja-kerja produktif nyata dalam memajukan kualitas lingkungan hidup di Jawa Barat. Ada beberapa pertimbangan, mengapa WALHI Jawa Barat memandang penting memposisikan kaum muda sebagai subjek dan pelaku memajukan penyelamatan lingkungan hidup, diantaranya :
Pertama, kaum muda adalah elemen pokok masyarakat, pelaku sejarah, kader pemimpin rakyat dan sekaligus subjek yang menentukan situasi bumi, alam lingkungan hidup di masa mendatang. Sekitar 14,9 juta kaum muda Jawa Barat akan menentukan bagaimana keadaan lingkungan hidup Jawa Barat saat ini dan ke depan. Keberadaannya begitu signifikan sehingga jika di berikan ruang apresiasi dan dikelola secara produktif maka perannya pun akan membawa dampak positif bagi tatanan sosial dan lingkungan hidup di masa mendatang.
Kedua, kaum muda memiliki semangat kerelawanan. Tertanamnya sikap tanpa pamrih yang bersemayam di jiwanya sekaligus kaya ruang ekspresi dan aktualisasi karya dan cipta.. Kaum muda dapat berperan menjaga dan mencegah, merintis, mempelopori dan melahirkan sekaligus mencipta yang baru. Bertindak untuk saat ini sekaligus menentukan arah ke depan. Dengan demikian, perlu ruang yang sangat terbuka bagi kaum muda. Ke bawah, mereka bisa mendidik dan mengayomi adik-adiknya, dan ke atas bisa belajar dari pengalaman pendahulunya. Kaum muda ibarat pohon yang sedang tumbuh yang perlu di rawat dan disuburkan agar memiliki akar yang kuat dan melahirkan bunga yang indah dan buah manis yang segar.
Ketiga, meluas dan menguatnya ikatan solidaritas, inisiatif kreatif dan praktik partisipasi kaum muda yang berkontribusi dalam mendorong penyelamatan lingkungan melalui edukasi, kampanye penyadaran dan bentuk-bentuk perluasan penyadaran kesadaran ekologis lainnya. Bahkan, ada kecendrungan terjadi transformasi yang sangat besar, banyak komunitas-komunitas kaum muda yang tidak berlatang belakang lingkungan kemudian mengisi ruang pembangunan kesadaran akan lingkungan hidup.
Tumbuhnya inisiatif dan partisipasi kaum muda dapat ditunjukan dengan menjamurnya kelompok pencinta alam, komunitas muda kreatif di perkotaan, kelompok pemuda dan karang taruna di perdesaan, inisiatif anak muda di sekolah dan perguruan tinggi dan pesantren baik di perkotaan dan perdesaan yang terlibat aktif berpartisipasi dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Di Kota Bandung, misalnya ada sekitar 2000an komunitas sosial, budaya dan lingkungan yang bisa berkolaborasi untuk berpartisipasi dalam penyelamatan lingkungan, sekitar 1000an lebih kelompok pencinta alam di kampus perguruan tinggi dan di masyarakat yang ada dan bisa dikelola. Jika dikumpulkan dari 26 kabupaten/kota maka semakin besar potensi dan kekuatan kaum muda yang bisa diberdayakan dan bertindak nyata berpartisipasi dalam mendorong penyelamatan lingkungan.
Keempat, selama ini, pengurus publik cenderung belum menempatkan kaum muda sebagai subjek untuk menyelamatkan krisis lingkungan hidup. Kebijakan atau program yang dirumuskan dan diimplementasikan oleh pemerintah (pengurus publik) belum melibatkan secara total gagasan dan partisipasi kaum muda. Dari catatan WALHI Jawa Barat, banyak program pengelolaan lingkungan yang di fasilitasi pemerintah mengalami kegagalan karena minim partisipasi kaum muda.
Sebagai bagian yang menyuburkan kesadaran ekologis bagi kaum muda, saat ini, WALHI Jawa Barat memiliki 23 anggota organisasi/lomunitas yang digerakan oleh kaum muda, dan memiliki sekitar 200 organisasi jaringan WALHI Jawa Barat. Kiprah nyata WALHI dan anggota WALHI Jawa Barat diaktualisasikan melalui melakukan kerja edukasi/pendidikan, pendampingan korban, kampanye publik, praktik modeling penyelamatan ekologi di kabupaten/kota di Jawa Barat dengan melibatkan partisipasi aktif kaum muda.
Dari pengalaman menyuburkan kesadaran ekologis WALHI dan anggota WALHI Jawa Barat, sebagai contoh FK3I misalnya, memiliki sekitar 5000 sebagai kader muda konservasi di Jawa Barat, YPBB menjadi pusat belajar zero waste bagi mahasiswa dan pelajar, anak sekolah di Jawa Barat, Katurnagari membangun kampung peduli lingkungan, Bale Rahayat membangun model pengelolaan DAS berbasis kaum muda, SPP membangun pusat belajar tani yang memiliki perspektif ekologi untuk kaum muda perdesaan, Rekapala, Mapenta dan Mapala Argawilis secara konsisten melakukan pendidikan kader relawan muda yang peduli lingkungan, PSDK melakukan edukasi kebencanaan bagi pelajar dan mahasiswa di Kabupaten Bandung. Di dunia kampus, HMTL Unpas, Himapikani, UKL Fapet Unpad adalah organisasi mahasiswa yang melahir kader muda pro lingkungan, SIKLUS di melakukan edukasi pesisir utara di Indramayu, L’Krapin melakukan edukasi terhadap anak dan remaja, POKLAN melakukan edukasi rakyat sekitar hutan, dan masih banyak lagi praktik anggota WALHI dalam kerangka penyadaran ekologis bagi kaum muda.
Akhirnya,WALHI Jawa Barat mengajak semua pihak untuk mendukung agenda menyuburkan kesadaran ekologis kaum muda, sebagai bagian dari kerja kemanusiaan. Menyuburkan kesadaran ekologis kaum muda akan melahirkan manusia yang senantiasa amanah merawat dirinya, memberikan manfaat bagi orang sekitarnya dan rela memelihara bumi sebagai habitat tempat hidupnya. Menuju kehidupan yang lebih adil, sehat, bersih dan hijau.
Ditulis oleh Dadan Ramdan. Direktur Eksekutif WALHI Jawa Barat Periode 2011-2015.
No Kontak 082116759688